PEMBAHASAN
Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang
bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sebuah
konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang dianggap
benar atau diketahui, orang menyimpulkan proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Pengertian Proposisi
Proposisi adalah pernyataan dalam
bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau
salah, dan tidak boleh kedua-duanya. Maksud dari kedua-duanya ini adalah dalam
suatu kalimat proposisi standar tidak boleh mengandung 2 pernyataan benar dan
salah sekaligus.
Proposisi dibagi menjadi 4 jenis :
1. Bentuk: Tunggal dan jamak.
2. Sifat:
kategorial dan kondisional.
3. Kualitas: Afirmatif/positif dan negative.
4. Kuantitas: Universal dan spesifik/khusus.
Inferensi dan Implikasi
Metode
inferensi adalah mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang digunakan
untuk mencapai suatu kesimpulan. Metode ini akan menganalisa masalah tertentu
dan selanjutnya akan mencari jawaban atau kesimpulan yang terbaik.
Penalaran dimulai dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan
dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh metode inferensi:
Pada suatu hari, Anda hendak pergi kuliah dan baru sadar bahwa Anda tidak memakai kacamata. Setelah diingat-ingat, ada beberapa fakta yang Anda yakini benar :
Pada suatu hari, Anda hendak pergi kuliah dan baru sadar bahwa Anda tidak memakai kacamata. Setelah diingat-ingat, ada beberapa fakta yang Anda yakini benar :
Jika kacamataku ada di meja dapur, aku pasti sudah
melihatnya ketika mengambil makanan kecil.
Aku membaca buku pemrograman di ruang tamu atau aku
membacanya di dapur.
Jika aku membaca buku pemrograman di ruang tamu, maka
pastilah kacamat kuletakkan di meja tamu.
Aku tidak melihat kacamataku ketika aku mengambil
makanan kecil.
Jika aku membaca majalah di ranjang, maka kacamataku
kuletakkan di meja samping ranjang.
Jika aku membaca buku pemrograman di dapur, maka
kacamata ada di meja dapur.
Berdasar fakta tentukan di mana letak kacamata ?
Jawab :
Pernyataan dengan symbol-simbol logika :
p : kacamata ada di meja dapur
q : aku melihat kacamataku ketika mengambil makanan kecil
r : aku membaca buku pemrograman di ruang tamu
s : aku membaca buku pemrograman di dapur
t : kacamata kuletakkan di meja tamu
u : aku membaca majalah di ranjang
v : kacamata kuletakkan di meja samping ranjang Fakta dapat ditulis :
Jawab :
Pernyataan dengan symbol-simbol logika :
p : kacamata ada di meja dapur
q : aku melihat kacamataku ketika mengambil makanan kecil
r : aku membaca buku pemrograman di ruang tamu
s : aku membaca buku pemrograman di dapur
t : kacamata kuletakkan di meja tamu
u : aku membaca majalah di ranjang
v : kacamata kuletakkan di meja samping ranjang Fakta dapat ditulis :
1. p → q
2. r v s
3. r → t
4. ~q
5. u → v
6. s → p
Inferensi yang dapat dilakukan
1. p →
q
3. r v s
~p ___~q r__ ~s
2. s →
p
4. r → t
~s__~p r___t
Kesimpulan : Kacamata ada di meja tamu
Kesimpulan : Kacamata ada di meja tamu
Implikasi adalah
Pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung “Jika….maka….” disebut
Implikasi, pernyataan bersyarat, kondisional atau hypothesical dengan
notasi
p => q
Dibaca :
jika p maka q
q jika p
p adalah syarat cukup untuk q atau
q adalah syarat perlu untuk p
Hukum-hukum Penalaran
Perlu dipahami bahwa “yang benar”
tidak sama dengan “yang logis”. Yang benar adalah suatu proposisi. Sebuah
proposisi itu benar kalau ada kesesuaian antara subjek dan predikat. YAng logis
adalah penalaran. Suatu penalaran dinamakan logis kalau mempunyai bentuk yang
tepat, dan sebab itu penalaran itu dipastikan kebenarannya.
Hubungan kebenaran antara premis dan
konklusi dapat dirumuskan ke dalam hukum-hukum penalaran sebagai berikut :
Hukum pertama :
apabila benar, konklusi benar
contoh :
Semua manusia akan mati
Ali adalah manusia
Jadi : Ali akan mati
Disini, premis mayor dan premis mayor benar.
Hukum kedua :
apabila konklusi salah, premisnya juga salah
contoh :
Semua manusia akan mati
Malaikat adalah manusia
Jadi : Malaikat akan mati
Disini konklusinya salah, sebab itu premisnya
(kedua-duanya atau salah satunya) juga pasti salah. Premis mayor benar. Premis
mayor benar, sebab malaikat memang bukan manusia. Jadi konklusi salah karena
minornya salah.
Hukum ketiga :
apabila premisnya salah, konklusinya dapat benar atau
salah
contoh :
Malaikat itu benda fisik Batu itu malaikat
Jadi : batu itu benda fisik
Disini kedua premisnya salah, tetapi
konklusinya benar. Kalau premisnya salah dan konklusinya salah lihat di atas.
Hukum keempat :
apabila konklusi benar, premis dapat benar dapat salah
contoh : konklusi benar premis salah, lihat contoh di
atas. Konklusi benar, premis benar, liaht contoh pad hukum pertama.
Wujud Evidensi
Wujud evidensi merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabungkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang didapat dari suatu sumber tertentu.
Cara Menguji Data
Wujud evidensi merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabungkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang didapat dari suatu sumber tertentu.
Cara Menguji Data
Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi
itu harus merupaka fakta. Dibawah ini merupak cara untuk pengujian data.
a. Obervasi
Fakta yang diajukan sebagai evidensi
mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih
meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat mengunakan sebaik – baiknya
dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang – kadang pengarang merasa
perlu untuk mengadakan peninjauan atau obervasi singkat untuk mengecek data
atau informasi itu.
b. Kesaksian
Keharusan menguji data dan
informasi, tidak harus selalu dilakuan dengan obervasi. Kadang sangat sulit
untuk mengaharuskan seorang mengadakan obervasi atas obyek yang akan
dibicarakan.
c. Autoritas
Cara ketiga untuk menguji fakta
dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu otoritas,
yakin dari pendapat seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta dengan
cermat, memperhatikan semua kesaksian,menilai semua fakta kemudian memberikan
pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
Cara Menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan
fakta, maka harus diadakan penelitian, apakah data” atau informasi itu merupakan
kenyataan atau hal yang sunguh – sunguh terjadi.
a. Konsistensi
Dasar pertama yang dipakai untuk mengatakan fakta mana
yang akan dipakai sebagai evidensi adalah konsistenan.
b. Koharensi
Dasar kedua yang bisa dipakai untuk
mungji fakta yang dapat diperguanakan sebagai evidenis adalah masalah koharensi. Semua
fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula khoren dengan pengalam
manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku.
Cara Menilai Autoritas
Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas –
desus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula
apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sunguh – sunguh
didasarkan atas penelitian atau data – data eksperimental. Untuk menilai suatu
autoritas, penulis dapat memeilih beberapa pokok berikut.
a. Tidak
Mengandung Prasangka
Dasar pertama yang perlu diketahui
oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung
prasangka, pendapat itu disusun oleh beradasarkan penelitian yang dilakukan
oleh ahli itu sendiri, atau berdasarkan pada hasil – hasil eksperimental yang
dilakukannya.
b. Pengalam dan
Pendidikan Autoritas
Dasar kedua yang harus
diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu auoriatas adalah menyangkut
pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan
awal.
c. Kemashuran
dan Presite
Faktor ketiga yang harus
diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah
pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar
bersembunyi dibalik kemasruhan dan prestise pribadi dibidang lain.
d. Khorensi dengan
Kemajuan
Hal yang keempat yang perlu
diperhatikan penulis argimentasi adalah apakah pendapat yang diberkan autoritas
itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau khoren dengan pendapat
atau sikap terakhir dalam bidang itu.
Contoh
Soal Pilihan Ganda Beserta Jawabanya.
1.
proses
berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sebuah konsep dan pengertian disebut...
A.
Pengertian Induktif
B.
Pengertian Deduktif
C.
Pengertian Penalaran
D.
Pengertian Produktif
Jawaban:
(C)
2. pernyataan
dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau
salah, dan tidak boleh kedua-duanya disebut...
A.
Proposisi
B.
Eksposisi
C.
Penalaran
D.
Prediksi
Jawaban : (A)
3. Metode inferensi adalah
mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang digunakan untuk mencapai suatu...
A.
Pernyataan
B.
Tujuan
C.
Kesimpulan
D.
Karangan
Jawaban : ( C )
4. semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi atau autoritas
yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran disebut...
A.
Wujud Evidensi
B.
Penalaran
C.
Induktif
D.
Deduktif
Jawaban : ( A )
5.
Observasi merupakan cara untuk
menguji...
A.
Kemampuan
B.
Karangan
C.
Data
D.
Kesimpulan
Jawaban : ( C )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar